MEDIA SYARA PALU, Morowali Utara- Ada beberapa desa di Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten Morowali memanfaatkan listrik tenaga air. Tetapi satu satunya penyulingan Nilam hanya ada di Desa Todopoli.
Laporan: Ilham Nusi, Morowali
SEBENARNYA ada Perusahaan Listrik Negara berdiri Kecamatan Soyo Jaya. Akan tetapi karena jaringan kabel terbatas, maka BUMN tersebut belum mampu melayani permintaan instalasi baru. Berangkat dari persoalan itu, Kepala Desa Todopoli, Ambo Mai Intang mulai memanfaatkan sumber daya alam berupa limpahan air sungai di desanya.
Dari penuturan Ambo Mai Intang saat berbincang dengan Palu Ekspres beberapa waktu lalu, se Kecamatan Soyo Jaya baru ada 10 pembangkit listrik tenaga air. Salah satunya ada di desa Todopoli. Para pemilik berinisiatif untuk memanfaatkan sumber air di desa masing-masing. Memang aliran sungai berasal dari gunung sekitar Soyo Jaya sangat banyak tersebar. Sehingga potensi ini tak lagi disia siakan. Mulailah satu persatu warga membangun pembangkit listrik dengan modal jutaan rupiah.
“Daripada menunggu jaringan listrik yang tidak pasti masuk ke desa kami, lebih baik saya manfaatkan potensi alam yang ada untuk membangun pembangkit listrik ala kadarnya,” kata Ambo Mai.
Sebelum pembangkit listrik berkekuatan 15.000 kilowatt itu dapat digunakan kurang lebih 200 rumah tangga dari 427 KK di Todopopli, Ambo Mai yang mengaku sudah menguasai ilmu permesinan ini mencari petunjuk tentang bagaimana cara agar pembangkit listrik bisa terbangun. Setelah mengerti, ia pun mulai membeli satu persatu rangkaian alat yang dibutuhkan, seperti mesin diesel, dinamo, kincir air tak lupa belasan pipa paralon serta kabel.
Hampir dua bulan rangkaian alat itu baru tersedia lengkap. Langkah selanjutnya, pria asal Kabupaten Wajo, Sulsel ini meminta bantuan dari kenalannya, seorang tehnisi las yang bekerja di PLTD Pinrang, Sulsel. Hanya butuh dua bulan pula, jadilah pembangkit yang sampai sekarang mengaliri listrik ke rumah rumah warga.
“Total biaya yang saya keluarkan sebesar Rp40 juta,” jelasnya.
Ambo Mai kemudian mengajak Palu Ekspres melihat kondisi pembangkit listrik miliknya. Meskipun jarak antara rumah pria itu dengan lokasi pembangkit listrik berjarak kurang lebih 700 meter, tapi medan jalan yang ditempuh cukup sulit. Jalan setapak licin bercampur batu, memaksa kendaraan roda dua yang kami tumpangi berjalan sangat lambat. Setelah itu, kami harus berjalan kaki sekira 100 meter dari jalan terakhir yang bisa dilalui sepeda motor.
Sebelum tiba di lokasi mesin ditempatkan, tampak pipa paralon sebesar paha pria dewasa membentang di sisi jalan. Persis di seblah jalan, terdapat anak sungai dengan arus yang cukup deras. Tak jauh dari situ, seorang pria setengah baya menyambut kami. Kata Ambo Mai, dia mempekerjakan dua orang penjaga mesin diesel. Setiap bulan, masing masing penjaga diupah Rp400 ribu.
“Ada dua orang pekerja yang bertanggung jawab menjaga keamanan mesin listrik kami,” ujarnya.
.Menurut Ambo Mai, agar listrik tetap ada di desanya, maka setiap pelanggan dibebani biaya Rp12 ribu per bulan. Jika ada kerusakan mesin, kincir atau peremajaan pipa, maka biayanya akan ditanggung bersama. Hal itu kata dia merupakan ketentuan mutlak saat ada pelanggan baru menggunakan jasa tersebut.
“Sejauh ini belum ada kerusakan berarti. Paling cuma ganti vanbel yang harganya tidak terlalu membebankan pelanggan listrik,”
Apa yang dilakukan oleh Ambo Mai Intang ini seharusnya mendapat apresiasi dari pemerintah daerah. Namun pria ini mengaku dirinya sudah merasa puas karena bisa membantu masyarakat lepas dari keterbelakangan pembangunan desa.
Berkat pembangkit listrik itu juga, warga Todopoli bisa mengakses informasi penting melalui tontonan di layar televisi. Olehnya Ambo Mai juga mengaku akan mengganti mesin beserta dinamo dengan kekuatan yang lebih besar dan produk dari pabrikan yang lebih baik, agar saat pelanggan menggunakan peralatan elektronik daya listrik bisa tetap stabil.
Sekira 30 menit berada di lokasi pembangkit listrik, Ambo Mai kemudian mengajak Palu Ekspres untuk melihat proses penyulingan Nilam, semak tropis penghasil minyak Atsiri yakni bahan baku pembuat parfum. Keberadaan penyulingan Nilam itu kemudian membuka lapangan kerja baru bagi warga Todopoli sekaligus membantu perekonomian warga setempat. Bersambung. (*)
Komentar