Editorial Media Suara Palu
Kasus begal dan aksi geng motor kembali menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Palu. Insiden terbaru di Jalan Karajalembah pada Senin dini hari, 17 Februari 2025,
Kasus begal menimpa dua mahasiswi, serta penangkapan 14 anggota geng motor yang diduga hendak tawuran, menandakan bahwa kondisi keamanan di kota ini perlu perhatian serius.
Aksi kriminal seperti ini bukan sekadar kasus individu, tetapi cerminan dari berbagai faktor sosial yang mendasarinya. Minimnya pengawasan orang tua,
Kurangnya aktivitas positif bagi anak muda, serta lemahnya penegakan hukum terhadap kelompok-kelompok kriminal jalanan menjadi penyebab utama maraknya kasus seperti ini.
Jika tidak ditangani dengan tegas, keberadaan geng motor dan aksi begal dapat berkembang menjadi ancaman yang lebih besar.
Polisi memang telah bertindak cepat dengan menangkap beberapa pelaku, tetapi upaya ini perlu lebih sistematis dan berkelanjutan.
Patroli rutin di titik rawan kejahatan, penerapan hukuman yang lebih berat bagi pelaku kriminal jalanan, serta peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi keamanan harus menjadi prioritas.
Di sisi lain, peran masyarakat juga sangat penting. Budaya diam dan enggan melapor karena takut balas dendam harus diubah.
Setiap warga yang melihat atau mengetahui aktivitas mencurigakan harus segera berkoordinasi dengan pihak berwajib.
Selain itu, pemerintah daerah perlu menyediakan lebih banyak ruang bagi anak muda untuk beraktivitas secara positif, seperti fasilitas olahraga, pusat kegiatan remaja, dan pelatihan keterampilan untuk mengurangi kemungkinan mereka terjerumus ke dalam dunia kriminal.
Meningkatnya kasus kejahatan jalanan ini harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk berbenah. Kota Palu tidak boleh menjadi wilayah yang dikuasai oleh kelompok-kelompok kriminal.
Dengan kerja sama antara aparat keamanan, pemerintah, dan masyarakat, ancaman begal dan geng motor bisa ditekan, demi menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua.
Palu kita jaga.
Komentar