Editorial Media Suara Palu
Penyambutan Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, SE, dan Wakil Wali Kota, Imelda Liliana Muhidin, dengan prosesi adat Kaili dbukan sekadar seremoni seremonial, tetapi simbol kuat dari penghormatan terhadap budaya lokal.
Peristiwa ini menggarisbawahi pentingnya menjaga identitas dan warisan budaya di tengah modernisasi yang terus berkembang.
Adat Kaili yang menjadi bagian dari prosesi penyambutan mencerminkan eratnya hubungan antara pemimpin dan masyarakatnya.
Dalam konteks pemerintahan, hal ini menjadi pengingat bahwa seorang pemimpin bukan hanya berorientasi pada kebijakan administratif, tetapi juga bertanggung jawab dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal.
Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menjadikan budaya sebagai bagian integral dari kebijakan pembangunan di Kota Palu.
Penyambutan berbasis adat harus lebih dari sekadar simbolisme. Diperlukan langkah konkret untuk menjadikan budaya lokal sebagai kekuatan yang mendorong pariwisata, pendidikan, serta penguatan identitas generasi muda.
Pemerintah Kota Palu harus memastikan bahwa budaya tidak hanya dihormati dalam seremoni formal, tetapi juga dilestarikan melalui kebijakan nyata.
Kurikulum pendidikan, festival budaya, hingga kebijakan ekonomi kreatif berbasis budaya harus terus diperkuat agar identitas lokal tidak hanya menjadi tontonan seremonial, tetapi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Penyambutan Wali Kota dan Wakil Wali Kota dengan prosesi adat Kaili seharusnya menjadi momentum untuk kembali meneguhkan komitmen dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lokal.
Pemerintah, akademisi, pelaku seni, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menjaga kekayaan warisan budaya Palu agar tetap hidup dan berkembang di era modern.
Komentar