Media Suara Palu, Poso– Di bawah langit yang teduh dan suasana yang penuh harap, halaman Mapolres Poso, Jumat (11/4), menjadi saksi perpindahan tongkat estafet kepemimpinan.
AKBP Alowisius Londar, S.I.K resmi menginjakkan kaki di tanah yang kelak akan ia jaga dan layani dengan sepenuh hati—Tanah Poso.
Bukan sekadar penyambutan formal, acara pagi itu terasa lebih dari sekadar seremoni. Wajah-wajah polisi yang berdiri tegap dalam jajaran kehormatan menyiratkan rasa hormat, sekaligus kehangatan yang dalam. Di antara barisan, anak-anak Bhayangkari tersenyum, menyambut istri Kapolres yang baru, Ny. Ivi Londar, dengan tangan yang siap bersinergi.
Sebuah kalung bunga melingkar di leher sang Kapolres baru. Tanda sederhana, tapi penuh makna—bahwa ia kini bagian dari keluarga besar Polres Poso. Namun yang paling menggugah adalah upacara adat Pekasiwia, prosesi sakral yang diwariskan oleh masyarakat Poso sebagai bentuk penerimaan suci bagi para tamu agung.
Diiringi denting gong dan lantunan mantra adat, AKBP Alowisius melangkah dengan tenang. Dalam diamnya, barangkali ada doa-doa yang ia sematkan—doa untuk membawa damai, untuk menjaga amanah, dan untuk menjadi pemimpin yang dekat dengan rakyat.
“Sudah menjadi tradisi di Kabupaten Poso, setiap ada pejabat atau tamu yang baru pertama kali datang, dilakukan upacara Pekasiwia sebagai bentuk penghormatan,”ujar AKP Basirun Laele, S.Sos, Kasi Humas Polres Poso.
Penyambutan ini juga menjadi momen haru untuk AKBP Arthur Sameaputty, S.I.K, yang kini melanjutkan tugas mulianya di Sumatera Utara sebagai Kapolres Humbang Hasundutan.
Suara perpisahan terasa lirih tapi penuh kebanggaan—ia pergi membawa jejak pengabdian, dan datanglah sosok baru dengan semangat segar.
AKP Basirun mewakili keluarga besar Polres Poso menyampaikan harapan besar kepada pimpinan yang baru.
“Semoga kehadiran Bapak Kapolres membawa semangat baru dan memperkuat pelayanan kami kepada masyarakat,”tambahnya.
Dan begitulah hari itu berjalan. Tidak ada janji yang diucapkan lantang, tetapi sorot mata AKBP Alowisius Londar berkata banyak.
Ia hadir bukan untuk memimpin dari menara gading, tapi untuk turun ke jalan, menyapa rakyat, dan menjadi garda terdepan.
Kini, langkahnya baru dimulai. Dan Poso, dengan segala kisah dan kekuatannya, telah membuka pelukan untuk menyambutnya.
Komentar