Media Suara Palu, Palu– Tanggal 1 Mei kembali menjadi panggung perlawanan kelas pekerja. Di Palu, Aliansi Perjuangan Rakyat Sulteng turun ke jalan dalam peringatan Hari Buruh Internasional 2025, bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan sebagai bentuk refleksi dan perlawanan atas situasi ketenagakerjaan yang dinilai semakin suram.
Mengawali aksi pada pukul 13.00 WITA, massa berkumpul di Taman GOR Palu dan kemudian bergerak menuju Taman Vatulemo, tepat di depan Kantor Wali Kota Palu.
Mereka membagikan selebaran berisi refleksi May Day 2025 kepada warga yang melintas, sambil menyuarakan orasi tentang hak-hak buruh dan dampak kapitalisme terhadap rakyat pekerja.
“May Day adalah nyala sejarah perjuangan melawan penindasan, bukan seremoni yang dikosongkan maknanya,” ujar salah satu orator dari atas mobil komando.
Dalam orasinya, massa menyampaikan kritik keras terhadap kondisi demokrasi saat ini yang dinilai terus mengalami kemunduran.
Mereka menilai bahwa demokrasi telah direduksi menjadi sekadar prosedur, bahkan mengalami represi oleh kekuatan militeristik.
Aksi damai ini juga membawa sejumlah tuntutan penting, di antaranya:
Rebut kembali ruang hidup yang adil untuk perempuan dan rakyat pekerja
Kembalikan militer ke barak, hentikan represi terhadap gerakan rakyat
Lawan badai PHK massal dan kebijakan neoliberal
Sahkan RUU Ketenagakerjaan yang pro buruh
Berikan jaminan dan kepastian kerja bagi seluruh buruh
Aliansi Perjuangan Rakyat Sulteng merupakan gabungan dari aktivis kampus, LSM, organisasi rakyat, pekerja kantoran, dan individu-individu yang menyatukan tekad untuk memperjuangkan hak-hak buruh secara kolektif.
May Day 2025 ini menjadi pengingat bahwa perjuangan belum usai. Di tengah tekanan ekonomi dan politik, suara buruh tetap menggema di jalanan Palu, menyerukan keadilan, kebebasan, dan penghormatan atas martabat manusia sebagai pekerja.
Komentar