May Day Sulteng: Lawan Solusi Palsu, Tuntut Keadilan Nyata

Media Suara Palu – Tanggal 1 Mei 2025 bukan sekadar seremoni tahunan. Di Palu,  massa yang tergabung dalam Aliansi Perjuangan Rakyat Sulteng turun ke jalan membawa semangat perlawanan terhadap sistem yang dianggap menindas kaum pekerja.

Bertitik kumpul di Taman Gor dan berakhir di Taman Vatulemo, massa aksi menyuarakan refleksi mendalam atas kondisi buruh di tengah krisis dan represi.

Dengan membawa poster-poster penuh makna seperti “Setiap orang berhak atas situasi kerja bebas kekerasan, pelecehan dan diskriminasi” serta “Tolak solusi palsu pemerintah, wujudkan kesejahteraan nyata”, para peserta aksi menyerukan penolakan terhadap janji-janji kebijakan yang dinilai tak menyentuh akar masalah buruh.

 “Kami tidak butuh seremoni, kami butuh keberpihakan nyata,” tegas salah satu orator di tengah aksi.

Isu yang diangkat oleh massa meliputi penolakan terhadap PHK massal, desakan untuk RUU Ketenagakerjaan pro-buruh, hingga seruan agar militer dikembalikan ke barak—menyiratkan keresahan atas kian menyempitnya ruang demokrasi dan kebebasan sipil.

Aksi ini terkoneksi kuat dengan kegiatan sebelumnya seperti Talk Show “Berani Ngopi” yang digelar oleh Pemprov Sulteng dan dihadiri Kasrem 132/Tadulako, yang menekankan pentingnya dialog.

Namun, massa aksi justru menganggap dialog saja tak cukup tanpa keberanian untuk mengubah kebijakan struktural.

 “Negara harus lebih dari sekadar mendengar. Negara harus berpihak!” teriak salah satu peserta aksi.

Aksi damai ini juga dimeriahkan dengan pembagian selebaran refleksi May Day, orasi terbuka, dan penjagaan ketat namun kondusif dari aparat.

Meski berbeda bentuk, baik aksi jalanan maupun forum resmi seperti “Berani Ngopi” menunjukkan bahwa isu buruh tetap relevan dan genting.

Aliansi Perjuangan Rakyat Sulteng menutup aksinya dengan komitmen untuk terus menyuarakan hak-hak buruh dan menolak diam di tengah krisis yang makin menekan rakyat pekerja.

Komentar