Media Suara Palu, Morowali Utara- Suasana hangat menyelimuti ruang tamu salah satu rumah warga di Desa Korololama, Morowali Utara. Jum’at 9/5/25
Di atas meja kecil terhidang pisang goreng dan kopi hitam, menjadi teman dalam perbincangan yang sarat makna.
Bukan diskusi biasa, tetapi sebuah pertemuan hati antara wakil rakyat dan para penjaga nilai-nilai adat.
Anggota DPRD Morowali Utara dari Partai Gerindra, Arman Purnama Marunduh (AMPUH), duduk di kursi plastik sederhana, mengenakan baju hitam dan mencatat dengan penuh perhatian.
Kehadirannya dalam kegiatan Ampuh Mendengar hari itu menjadi ruang penting bagi lembaga adat Desa Korololama untuk menyampaikan aspirasi dan kegelisahan mereka.
Pertemuan ini dilatarbelakangi oleh proses penyusunan Peraturan Daerah (Perda) tentang Penguatan Kelembagaan Adat dan Budaya Witamori.
Dalam suasana yang akrab dan tanpa formalitas kaku, tokoh adat menyampaikan langsung harapan mereka untuk pelestarian hukum adat, penguatan kelembagaan adat, dan peran yang lebih kokoh di tengah tantangan modernisasi.
“Kami ingin nilai-nilai budaya ini tetap hidup, agar anak cucu kita tahu siapa diri mereka dan dari mana mereka berasal,” tutur tetua adat.
Arman menyampaikan bahwa kunjungan ini adalah bagian dari komitmennya agar Perda yang akan lahir bukan hanya produk kebijakan, melainkan benar-benar mencerminkan suara masyarakat adat yang menjadi subjek utama.
Ia juga menegaskan dukungan untuk memperjuangkan insentif bagi lembaga adat, memperkuat peran mereka dalam menjaga wilayah adat, dan mendorong masuknya bahasa Mori sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah.
“Kalau kita tidak melestarikan sekarang, akan datang waktunya kita kehilangan jati diri. Maka saya datang untuk mendengar langsung dari bapak dan ibu sekalian,” ujar Arman penuh semangat.
Sebagai bentuk nyata komitmennya, Arman juga berjanji untuk mendorong pembangunan rumah adat di Desa Korololama melalui pokok-pokok pikiran (pokir) yang ia miliki sebagai legislator.
Rumah adat itu diharapkan bisa menjadi simbol sekaligus pusat kegiatan budaya di desa.
Di tengah kesederhanaan ruangan itu, suara adat dan budaya kembali bergema, membawa harapan bahwa warisan leluhur akan terus hidup, selama masih ada yang mau mendengar.
Komentar