Media Suara Palu – Warga Morowali kembali menghadapi krisis listrik yang tak kunjung usai. Setiap hari, listrik hanya menyala rata-rata lima jam.
Kondisi ini membuat masyarakat, terutama pelaku usaha kecil dan menengah, kesulitan menjalankan bisnis mereka.
Menurut Ebhe, seorang pelaku UMKM di Witaponda, pemadaman listrik yang terus-menerus telah merugikan banyak usaha, terutama yang bergantung pada listrik seperti bisnis hidroponik dan makanan beku.
“Kulkas sampai mencair, usaha jadi terganggu. Sementara tagihan listrik tetap tinggi,” ungkapnya.
Warga juga mengeluhkan lambatnya penanganan dari PLN. Saat terjadi ledakan gardu, penanganan dianggap berlarut-larut tanpa solusi konkret.
Bahkan, laporan warga sering kali hanya mendapat respons otomatis dari sistem komplain PLN.
“Ironisnya, meskipun daerah ini kaya dari sektor pertambangan, masyarakatnya masih menderita akibat buruknya layanan listrik,” tambah Ebhe.
Beberapa warga mengaku sudah menyampaikan keluhan melalui berbagai kanal, termasuk media sosial, bahkan berencana mengadukan langsung ke Gubernur Sulawesi Tengah. Namun, hingga kini belum ada perubahan signifikan.
Sementara itu, hasil pertemuan Gubernur Sulawesi Tengah dgn GM PLN Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu membuahkan hasil. 28 maret 2025 sistem jaringan listrik akan masuk ke wilyah tersebut dan disusul dengan aliran listrik
Warga berharap ada tindakan nyata dari pemerintah dan PLN untuk menyelesaikan masalah ini. Jika dibiarkan berlarut-larut, bukan hanya pelaku usaha yang rugi, tetapi juga kehidupan sehari-hari masyarakat Morowali yang semakin sulit akibat krisis listrik ini.
Komentar