Media Suara Palu, Palu- Semangat memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei dan 27 tahun Reformasi 21 Mei 1998, Yahdi Basma—aktivis reformasi sekaligus pendiri dan Presidium Nasional PENA98—mengajak masyarakat untuk merenungi kembali perjalanan panjang bangsa menuju demokrasi.
Dalam pernyataan reflektifnya, Sabtu 24/5, Yahdi mengungkapkan kondisi mencekam yang terjadi pada Mei 1998. Panser militer meraung di sudut-sudut kota, aparat bersenjata menyisir jalanan dengan peluru tajam.
Ribuan rumah dan bangunan hancur, lebih dari 1.200 orang tewas, puluhan perempuan mengalami kekerasan seksual massal, dan sedikitnya 15 mahasiswa gugur ditembak dalam aksi demonstrasi. Belasan aktivis lainnya diculik dan tak pernah kembali.
“Disaat itu, para Pejuang Demokrasi diuji nyalinya. Ada yang berani bersuara lalu mati, ada yang dipenjara, ada juga yang memilih diam dan berkompromi,” ujar Yahdi dalam pesan refleksinya.
Yahdi menegaskan bahwa tidak ada perubahan besar tanpa pengorbanan besar pula. Reformasi yang kini kita nikmati bukanlah pemberian, melainkan hasil perjuangan kolektif anak bangsa yang tak gentar menghadapi represi kekuasaan.
Sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah periode 2014–2024, Yahdi terus menghidupi semangat reformasi dengan memperjuangkan hak-hak rakyat dan menjaga idealisme gerakan 1998.
“Reformasi belum selesai. Jangan biarkan sejarah hanya jadi peringatan seremonial. Mari terus menjaga nyala perjuangan agar bangsa ini tidak kembali mundur,” pungkasnya.
Komentar